Refleksi Selama Penelitian Skripsi 2022/2023
Muthiah Nailin, Maulida Hesnaty, Integralita Cahyanti, Frida Annisa
Departemen Kimia, Universitas Negeri Malang
Pagi itu kali pertama kami menemui dosen pembimbing, Prof Hadi Nur, untuk mendiskusikan rencana
pengerjaan proyek riset sebagai tugas akhir. Proses bimbingan dilakukan di Laboratorium Terpadu
Universitas Negeri Malang (UM). Hari demi hari, proses bimbingan dan diskusi berjalan dengan
lancar dan baik. Tak hanya membahas detail teknis mengenai topik riset kami, Prof Hadi juga banyak
memberikan motivasi, inspirasi, dan membagikan banyak cerita serta pengalaman beliau untuk
mengilhami kami tentang bagaimana sebenarnya proses riset itu dilaksanakan.
Bimbingan skripsi 22/23 pertama, 18 September 2022
Topik awal yang diambil untuk riset tugas akhir kala itu sebenarnya adalah mengenai Surface
Plasmon Resonance (SPR). Pengambilan topik tersebut tentu berdasarkan banyak pertimbangan.
Selain karena merupakan topik riset yang tergolong baru di UM dan cukup jarang di Indonesia, riset
mengenai SPR ini juga atas dasar penyesuaian dengan alat serta instrument pendukung yang
tersedia di laboratorium UM. Pada dasarnya, SPR adalah fenomena optik yang terjadi ketika cahaya
jatuh pada permukaan logam dan menghasilkan gelombang permukaan elektron (surface plasmon).
Fenomena ini menarik untuk dikaji karena memiliki banyak kegunaan terutama dalam bidang
biosensor. Salah satu kondisi untuk memenuhi terjadinya fenomena ini adalah adanya lapisan logam
yang sangat tipis dalam dimensi nanometer atau biasa disebut sebagai thin-film. Untuk pembuatan
thin film, Lab. Terpadu UM memiliki alat yang mendukung, yaitu reaktor sputtering yang
- 1 -
memungkinkan pembuatan thin film dengan kualitas tinggi serta proses yang terkendali. Oleh karena
itu, pengambilan topik SPR ini diharapkan dapat mendayagunakan fasilitas yang terdapat di UM.
Topik mengenai SPR itu tergolong baru dan tidak familiar bagi kami yang notabene hanya mahasiswa
S1 kimia. Namun, dengan bantuan arahan dari dosen pembimbing, kami merasa tertantang untuk
menjalankan riset pada topik tersebut karena sesuatu yang baru tentu akan semakin memperkaya
pengetahuan kami. Dalam mempersiapkannya, kami banyak melakukan studi literatur, saling
berdiskusi dengan sesama tim, hingga mengikuti rekaman kuliah nanomaterial untuk mahasiswa S2
fisika yang diampu oleh Prof Hadi sendiri. Tak lupa, Prof Hadi juga banyak menjelaskan dan
mengulangi uraian materi-materi penting untuk meningkatkan pemahaman kami. Meski dalam
prosesnya kami sedikit kelimpungan karena jadwal yang ada pada saat itu overlap dengan jadwal
kegiatan KKN dan magang, proses persiapan untuk riset tugas akhir ini tetap dapat berjalan dengan
kondusif. Minggu demi minggu kami habiskan untuk memahami materi dan konsep-konsep penting
mengenai topik riset SPR. Cukup sulit, namun karena dilakukan bersama-sama dengan teman satu
tim, juga dengan bimbingan dari Prof Hadi sendiri yang terkesan cukup santai namun tetap efektif dan
progresif, akhirnya kami dapat melaluinya.
Hingga akhirnya tibalah kami pada tahap pengerjaan prosedur penelitian, yaitu pembuatan thin film
menggunakan reaktor sputtering. Sebenarnya saat sampai di tahap ini, desain penelitian kami masih
belum final. Namun karena memburu waktu, kami langsung beralih ke tahap pengerjaan prosedur
penelitian sambil terus mengembangkan desain dan topik riset kami seiring dengan proses
pelaksanaan. Proses diskusi dan penyempurnaan desain penelitian kami lakukan secara dinamis
agar dapat disesuaikan dengan kondisi pengerjaan serta data yang diperoleh. Sayangnya, topik riset
mengenai SPR ini kemudian tidak jadi kami lanjutkan karena beberapa hal. Salah satunya adalah
karena keterbatasan peralatan, khususnya alat untuk mendeteksi gelombang yang dihasilkan oleh
sampel akibat fenomena SPR. Alat yang mendukung pengujian ini, Photoluminescence
Spectrometer, tidak tersedia di laboratorium UM.
Dokumentasi hasil fabrikasi lapisan Cu dengan metode sputtering
Ini adalah awal dari perubahan besar dalam perjalanan skripsi kami. Sejak awal, kami tertarik dengan
sputtering, tapi seiring waktu dan melihat alat yang ada di UM, kami mulai menyadari bahwa alat yang
kami miliki terdapat banyak keterbatasan dan proses uji yang harusnya dilakukan tidak ada alatnya
sehingga ini akan memberhentikan penelitian kami. Maka dari itu, kami merasa ada sesuatu yang
lebih menarik dan relevan yang bisa dieksplorasi. Setelah berbagai pertimbangan dan diskusi dengan
dosen pembimbing, diputuskan bahwa penelitian beralih menjadi topik PEC. Pertimbangan ini
membuat kami merasa antusias dan sedikit gugup tentang apa yang akan datang.
- 2 -
Kami menghabiskan banyak waktu untuk berdiskusi mengenai topik ini seperti mengenai metode
serta alat dan bahan yang akan digunakan. Kami berbincang dengan beberapa teman sejawat
tentang perubahan judul ini. Mereka memberikan pandangan yang beragam, dari sisi positif hingga
tantangan yang mungkin akan kami hadapi. Ini membantu kami untuk melihat gambaran lebih besar
dan mempertimbangkan semua aspek. Kami berbicara dengan pembimbing kami tentang perubahan
judul dan metode yang akan digunakan. Awalnya, kami agak khawatir akan bagaimana reaksi beliau
nanti. Namun, pembimbing sangat terbuka dan mendukung. Kami membahas alasan di balik
perubahan ini dan bagaimana topik baru ini dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam
penelitian ilmiah.
Kami mulai mendalami topik PEC, karena ini adalah wilayah yang relatif baru bagi kami, jadi ada
banyak hal baru yang harus kami pelajari. Kami mulai membaca artikel dan jurnal ilmiah, menonton
kuliah daring, dan mencari sumber daya lain untuk memahami konsep-konsep yang terlibat. Kami
terkejut oleh kompleksitas beberapa konsep di balik PEC. Ternyata ada banyak variabel dan proses
yang perlu dipahami dengan baik. PEC ini melibatkan kimia, fisika, dan teknologi material. Topik ini
menantang, tetapi pada saat yang sama, juga membuat kami semakin tertarik untuk menggali lebih
dalam. Kami mulai membandingkan kedua topik ini dalam hal kompleksitas, dampak, dan potensi
penelitian masa depan. Meskipun sputtering memiliki daya